BEDADU - Toyota, produsen mobil terbesar di Jepang, baru-baru ini menjadi sorotan publik, tetapi bukan karena prestasi, melainkan karena skandal besar terkait sertifikasi uji coba yang dipalsukan.
Produk-produk dari Negeri Matahari Terbit dikenal dengan standar tinggi, kualitas, dan keandalannya. Namun, produsen otomotif Jepang saat ini mendapat sorotan negatif akibat tuduhan pemalsuan aplikasi sertifikasi uji coba.
Menurut data Statista tahun 2023, dua dari tiga merek mobil terbesar di dunia berasal dari Jepang. Toyota menduduki peringkat pertama dengan pangsa pasar 10,7%, disusul oleh Volkswagen dari Jerman dengan 6%, dan Honda dari Jepang di posisi ketiga dengan 4,6%.
Apa yang Terjadi?
Falsifikasi data uji coba bukanlah skandal pertama bagi Toyota. Dalam penyelidikan luas oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang, ditemukan bahwa lima produsen mobil besar Jepang—termasuk Toyota—telah menggunakan data palsu untuk mengajukan sertifikasi kendaraan mereka.
Ketidakberesan dalam aplikasi sertifikasi ditemukan pada Toyota, Mazda, Honda, Suzuki Motor, dan Yamaha Motor. Semua perusahaan tersebut menyerahkan data uji coba yang dipalsukan, atau dalam kasus Toyota dan Mazda, memalsukan kendaraan yang digunakan dalam uji tabrak.
Saham kelima perusahaan otomotif Jepang tersebut anjlok setelah pengungkapan ini, dengan Toyota kehilangan nilai pasar sebesar 2,45 triliun yen (sekitar 15,62 miliar dolar AS) dalam seminggu terakhir.
Tanggapan Toyota
Merespons skandal ini, Ketua Toyota, Akio Toyoda, meminta maaf kepada para pemangku kepentingan dan pelanggan. Perusahaan juga menghentikan pengiriman dan penjualan tiga model yang saat ini diproduksi di Jepang, yaitu Corolla Fielder, Corolla Axio, dan Yaris Cross.
Toyoda menyatakan bahwa tujuh model perusahaan diuji dengan metode yang berbeda dari standar yang ditetapkan oleh otoritas nasional.